Selasa, 14 Februari 2012

drama


DIBALIK SEBUAH KECURANGAN
by. ilham firdaus

            Prolog :di daerah maninjau. Hidup seorang anak lelaki yang telah kehilangan ibunya. Ia yang dulu tinggal di kabupaten solok, tinggal berdua dengan ayahnya. Namun ayahnya menyerahkannya kepada adiknya di maninjau.
Babak I
Di sebuah ruangan kelas di sebuah SMP RSBI, seorang guru memberikan informasi tentang sebuah prlombaan matematika.
Guru : anak-anak, dua hari lagi akan diadakan sebuah perlombaan matematika. Nah,
            
perlombaan ini dilaksanakan diseluruh indonesia, namun hanya ada 50 orang yang
            
menjadi 50 besar akan disekolahkan oleh pemerintah australia dan indonesia.
            
(berkata dengan wajah bijaksana)
siswa : (mendengar antusias)
guru : nah, untuk itu sekolah mengutus dua orang sebagai perwakilan. Yaitu rafi dan riko.
Siswa : (bertepuk tangan)
Guru : nah untuk itu. Rafi...
             tunjukkan bahwa kamu memang pantas mendapatkan beasiswa selama ini, dengan
             
cara berusaha dalam perlombaan ini. (berkata tegas)
Rafi : baik bu. (berkata dengan semangat dan wajah senang)
            Teeeeet....teeeet.....teeeeeeeeeet........(bel berbunyi tiga kali, pertanda pulang)
Babak II
Saat sedang belajar di kamar, kevin sepupunya rafi yang juga siswa SMP datang. Karena ingin mengikuti lomba. Rafi mencoba meminjam seragam kevin yang masih baru. Karena, seragam ravi memang sudah berwarna kusam dan terdapat sobekan di celananya.
Rafi : kevin, boleh tidak aku pinjam seragam kamu untuk lomba besok, soalnya seragam aku
          
sudah kusam dan ada sobek-sobek kecil.
Kevin : mana aku tau, tanyalah sama amakku dulu. (acuh tak acuh)
Rafi : yaudah, nanti aku tanya sama tante. (penuh harap)

Saat ibunya kevin sedang memasak di dapur, rafi datang untuk minta izin, meminjam seragam kevin.
Rafi : tante, boleh tidak, rafi pinjam seragamnya kevin, untuk rafi berlomba besok,
          
soalnyakan seragam rafi sudah kusam dan sedikit sobek.
Ibu kevin : terus nanti anakku sekolah bagaimana ? (sedikit membantah)
                    nggak mungkin anakku nanti kayak gembel kesekolah. (sedikit marah)
Rafi : tapi, kan seragam kevin ada dua stel, nte (bicara dengan suara memelas)
Ibu kevin : pokoknyo indak bisa. (membentak)
Rafi : (kecewa, dan pergi meninggalkan dapur)
Babak III
Keesokan harinya rafi kembali sekolah seperti biasa. Saat jam istirahat, rafi tetap berada di ruang kelas sambil termenung. Tak lama, au seorang anak gadis yang manis yang merupakan seorang anak konglomerat, yang sering dibilang ceweknya rafi oleh teman-temannya, dating menghampiri rafi, dan duduk disebelahnya. Lalu aurel mengeluarkan sebungkus roti dan memberikannya pada rafi.

Aurel : ni, untuk kamu (tersenyum sambil menyodorkan roti pada rafi)
Rafi : (tersenyum kecil) nggak usah rel, maksih. (suara sedih)
Aurel : rafi.. kamu masih ingat kan apa yang pernah papaku bilang ke kamu. Seorang yang
             bijaksana selalu menghargai dan menerima apa yang diberikan oleh orang lain.
             (menarik nafas). Kamu terima, ya…
Rafi : hmmm… makasih ya, rel. (menerima roti coklat yang diberikan aurel, lalu
           memakannya)
Aurel : nah gitu dong…
            rafi, dari tadi aku lihat kamu aneh deh, memangnya ada masalah apa ?. (dengan
             nada hati-hati)
Rafi : hmmm…
Rafi yang memang mempunyai banyak masalah dan merasa tidak sanggup untuk menahannya, mencoba menceritakannya pada aurel.
Rafi : rel, menurut kamu dunia itu gimana ?
Aurel : maksud kamu..? (bingung)
Rafi : maksud aku, menurut kamu dunia itu adil atau nggak..? (bicara pelan)
Aurel : hmmm… (masih bingung)
Rafi : dunia itu nggak adil, ya rel. aku sering mencari keadilan itu, tapi tetap nggak ada.
           Mungkin keadilan itu benar-benar nggak ada. (berbicara dengan putus asa)
Aurel : tapi rafi, kamu tau kan. Kehidupan itu bagaikan roda pedati, yang..
Rafi : (memotong pembicaraan aurel) yang ketika aku dibawah, roda itu berhenti berputar.
           (berbicara dengan nada sedikit naik, lalu menunduk kecewa)
Mereka terdiam dalam keheningan.
Rafi : rel, kamu pernah nggak merasakan kehidupan itu benar-benar nggak adil..?
Aurel : memangnya kenapa, fi ?
Rafi : (terdiam)
Mereka kembali terdiam untuk sesaat.
Aurel : oh ya fi, by the way, selamat ya, kamu bias terpilih untuk ikut lomba olimpiade
             besok. (mencoba menetralkan suasana)
             lombanya besok kan ? (mencoba menyemangati rafi)
Rafi : (terdiam)
Aurel : rafi, kamu harumangat dong… (dengan nada bicara semangat)
Rafi : tapi aku malu, rel (membentak)
Aurel : (terkejut dan sedikit tersinggung)
Rafi : maafin aku, rel. aku kepancing emosi. (nada menyesal)
Aurel : ya, nggak apa kok, fi (mengangguk)
            kalau boleh tahu, kenapa kamu harus malu, fi ? (bertanya dengan penuh hati-hati)
Rafi : aku nggak mungkin bias pergi rel. kamu bias lihat pakaian aku seperti apa. Kusam
           kayak gembel. Untuk keluar istirahat aja aku malu, apalagi lomba kayak gitu.
Aurel mengangguk paham.
Aurel : tapi, kamu kan bisa pinjam seragamnya Kevin untu dipake besok.
Rafi : nggak boleh (berkata lesu)
Aurel : maksud kamu ? (bingung)
Rafi : aku nggak boleh minjam seragamnya Kevin. (menarik nafas panjang dan
           menghembuskannya). Untuk makan aja aku harus cari duit dulu baru bisa makan.
           Hidup tanpa orang tua itu memang nggak enak, rel. bersyukurlah kamu yang masih
             tinggal bersam orangtuamu. (mengusap air mata).
            hidup itu curang.! (berbicara dengan nada emosi)
Aurel : (memandang rafi dengan tatapan iba)
            kamu sabar, ya. Aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan merasakan kebalikannya
            kok.
Teet…..teeeet…..teeet…..(bel pertanda masuk berbunyi, seluruh siwa masuk tepat waktu)
Nando : o o. ada yang lagi santai ni. (memandang aurel dan rafi)
Putri : cieee cieee… berduaan ni..
Aurel : (tersenyum malu) rafi, aku ke tempat duduk dulu ya. (menatap mata rafi)
Rafi : (tersenyum malu) ya.. (sambil menatap mata aurel)
Tatapan itu tak berlansung lama, hingga rangga, teman duduknya rafi datang.
Rangga : eheem…ehem..
Aurel dan rafi : (tersenyum malu dan mengalihkan pandangan)
Rangga : lanjut aja.. (tersenyum)
Aurel : ah, apaan sih…(menatap rafi, dan pergi menuju bangkunya)
Rafi : (membalas senyuman aurel)

Tak lama kemudian, bu fatik guru matematika dating, dan membicarakan sedikit permasalahan tentang perlombaan matematika yang akan dilaksanakan esok hari.
Bu fatik : assalammu’alaikum…
Siswa : waalaikumsalam… (serentak)
Bu fatik : nah, anak-anak. Ibu mau bahs sedikit tentang olimpiade yang akan dilaksanakan
                 besok. Perlombaannya dilaksanakan di padang pukul 13:30. Karena butuh waktu
                 perjalanan dari manijau ke padang, maka kita akan berangkat pagi. Jadi riko dan
                 rafi harus siap-siap, ya!
Rafi dan riko : baik bu..


Bu fatik menerangkan pelajarannya hingga waktunya usai.
Teeet….teeeet…..teeet….teet…(bel pertanda pulang)
seluruh siswa pulang menuju rumah masing-masing. Begitupula dengan rafi, ia pun berjalan kaki untu sampai kerumahnya. Baru saja ia berjalan hingga gerbang sekolahnya, aurel memanggilnya.
Aurel : rafi… tunggu aku..(berlari mengejar rafi)
Rafi : kenapa, rel ? (bingung)
Aurel : Cuma simple…
            pokoknya besok kamu harus ikut lomba. OK! (senyum)
Rafi : (berubah menjadi lesu) entahlah (sambil mengangkat kedua bahunya) aku pulang dulu
            ya… daah (melambaikan tangan kea rah aurel)

Sesampai di rumah, rafi melihat kefin telah sampai lebih dulu. Rafi menatap Kevin yang sedang melahap makan siangnya. Sedangkan perutnya masih belum terisi sejak pagi. Setelah mengganti pakaian, sebenarnya rafi hendak makan, namun ia sadar. Ia belum mendapatkan uang sepeserpun selama tiga hari belakangan. Biasanya rafi bekerja mengangkat pasir dari danau maninjau dan menjual. Namun tidak untuk tiga hari belakangan ini.
rafi merasa sangat lapar, ketakutannya dikurung oleh kelaparan yang dirasakannya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk makan. Saat sedang mengisi perutnya, tante rafi, yaitu ibunya Kevin datang.
Ibu Kevin : enak ya… pulang sekolah udah disiapin makanan dan lansung makan (menyindir
                     rafi)
Rafi : tapi, rafi benar-benar lapar tante. (sambil mengunyah)
Ibu kevin : pokoknya nanti kamu harus kerja, kalau nggak jangan harap besok kamu bisa
                    makan (menyindir rafi)
Rafi tetap tidak bekerja, dengan alas an esok dia akan berlomba, ia harus menjaga kesehatan agar dapat berkosentrasi.

Babak IV
Cahaya pagi memaksa rafi untuk bangun. Rafi terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera mandi dan mengenakan seragamnya. Dengan sebuah tekad yang bulat untuk berlomba dan do’a, rafi berangkat kesekolah.
sesampai di kelas, aurel memberikan sebuah kejutan pada rafi.
Aurel : happy birthday, rafi (sambil tersenyum)
Rafi sedikit kaget, karena ia tidak ingat bahwa hari itu bertepatan dwngari ulang tahunnya. Namun iasih tetap berusaha senyum, untuk menyembunyikan kekagetannya.
Rafi : (tersenyum) maksih, rel
Aurel : ini, aku punya hadiah buat kamu…(sambil menydorkan sebuah kotak merah pada
             rafi). Kamu harus terima lo.!
Rafi : makasih, rel.
Aurel : kamu boleh buka sekarang.
 Rafi membuka hadiah yang diberikan aurel padanya. Ternyata isinya adalah satu stel seragam sekolah. Rafi senang. Dan berterimakasih pada aurel.
Rafi : ini untukku.? (masih ragu)
Aurel : (mengangguk dan tersenyum)
            sekarang klamu bisa ganti pakaianmu di ruang ganti KOPSIS, kan kamu mau pergi                                 
              lomba.
Rafi : (mengangguk senang)
Rafi lansung menuju ruang ganti KOPSIS di sekolahnya.
rafi yang tadinya berpakaian kusam , berubah menjadi seorang yang tampan, yang dapat menggoda seluruh gadis di sekolahnya.
rafi lansung menuju ke tempat aurel.
Rafi : rel, makasih banyak ya. Sekarang aku sudah terlihat rapi, jadi aku nggak perlu malu
           lagi. (tersenyum bahagia.
           sekarang aku mau ke tempat ibu fatik, untuk siap-siap.
Aurel : semoga kamu menang, ya.
Rafi : (tersenyum dan pergi)
Rafipu lansung menuju ke tempat bu fatik. Disana tlah ada riko yang siap berangkat.
tak lam merekapun pergi berabgkat. Sesampainya di koya Padang, mereka lansung menuju ruangan test. Dan mengikuti test. Satu persatu soal dijawab oleh rafi, hingga seluruh soal.
setelah melakukan test, mereka kembali berangkat ke maninjau.

BABAK V
SATU MINGGU KEMUDIAN
Kegiatan sekolah tetap seperti biasa. Tiba-tiba aurel yang dating agak terlambat, berteriak memanggil rafi.
Aurel : rafi… rafi…(berteriak senang)
Rafi : kenapa ? (bingung)
Aurel : selamat, kamu menang. Kamu dapat nomor tiga puluh Sembilan. (berbicara dengan
             semangat sambil terdesak-desak)
Rafi : maksud kamu (masih rada bingung)
Aurel : olimpiade kemaren…
            kamu menang, kamu menang…
            lihat ini.. (mengeluarkan sebuah majalah edisi terbaru dari tasnya, lalu
              memberikannya pada rafi)
Rafi : (melihat Koran tersebut) Alhamdulillah…….
Teeeet….teeet….teet….(bel pertanda masuk)
bu fatik yang tidak pernah telat, tlah berada di dalam kelas.
Bu fatik : rafi, selamat atas keberhasilan kamu, satu minggu lagi kamu akan dipindahkan ke
                 sekolah STUDY LESSON di Bandung, dan nantinya kamu akan kuliah di Australi.
Seluruh siswa : (bertepuk tangan)
Rafi : (bersyukur) Alhamdulillah…
Aurel : benerkan kataku. Hidup itu bagaikan roda pedati, setelah kamu merasakan ketidak
             adilan dari dunia, kamu akan merasakan bahwa dunialah tempat yang paling
             adil…(tersenyum)
Rafi : (mengangguk yakin) I Believe That.!

BABAK VI
SATU MINGGU KEMUDIAN…
Sekolah tetap seperti biasa. Rafi pergi menuju sekolah dengan menggunakan seragam yang merupakan hadiah dari aurel.
hari ini adalah hari keberangkatan rafi menuju sekolah di Bandung.
sesampainya si sekolah… seluruh warga sekolah mengadakan upacara pelepasan yang dihadiri bapak kepala dinas pendidikan Maninjau, dan beberapa kata sambutan.
Kepala Sekolah : maka dari itu sekali lagi kami ucapkan selamat atas keberhasilan yang
                              diperoleh oleh anak kami, rafi. Dan upacara pelepasan pada pagi ini dititip.
                              Wassalam.
Seluruh siswa : (bertepuk tangan)
Rafi : (menuju barisan aurel) rel, makasih ya atas kebaikan kamu selama ini. Aku berangkat        
            ya.
Aurel : (haru bercampur sedih) hati-hati ya…
Rafi : daaahh (melambaikan tangan)
Saat perjalanan menuju mobil yang telah terisi penuh oleh barang bawaan rafi, rafi meraba kantong belakang celananya. Dan ia menemukan sebuah lipatan kertas yang hampi menjadi bubur kertas. Rafi membuka lipatan kertas tersebut.
Rafi : rafi..
          kamu akan tahu, kalau kamu tak membiarkan surat ini
          menjadi sebuah bubur kertas tak berharga.
          happy birthday,ya.
          semoga kamu bisa menempuh keberhasilan…
           jujur….
          aku menyayangimu…
          aku menyayangimu lebih dari sebuah pertemanan..
          tapi aku takut perasaan kita tak sama.
          semoga kamu membaca surat ini. Aku mencintaimu.
          dan akan selalu menyayangimu.

          LOVE

          AUREL
Setelah membaca surat tersebut. Rafi lansung menuju ke tempat aurel.
Rafi : (memegang tangan aurel).
           aurel, dari dulu, aku juga punya perasaan itu.
            tapi, aku takut tuk menyampaikannya, aku takut perasaan kita nggak sama.
            aku menyayangimu, lebih dari sekedar teman.
            dan aku akan tetap berusaha tuk selalu menyayangimu, walau tak disampingmu.
            (sambil mengusap air mata)
             sekarang aku berangkat, ya. Aku akan menyayangimu…
             daaaaa…(melambaikan tangan pada aurel, lalu berangkat pergi)
TAMAT